5 Tradisi Ekstrem Bikin Ngilu Di Indonesia

5 Tradisi Ekstrem Bikin Ngilu Di Indonesia

5 Tradisi Ekstrem Bikin Ngilu Di Indonesia – Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan budaya seperti rumah adat, tarian, lagu, alat musik, hingga tradisi daerah. Tak heran jika ada banyak wisatawan dari berbagai negeri untuk berkunjung ke daerah yang memiliki banyak budaya yang tinggi.

Dari salah budaya yang sudah kami sebutkan di atas yang menarik kita bahas saat ini adalah tradisi daerah. Dari tradisi daerah memang sebuah ikon suatu suku atau penduduk masyarakat yang menarik perhatian publik, apa lagi tadisi di daerah tersebut lebih ekstrem.

Di sini ada beberapa jenis tradisi ekstrem yang ada di beberapa daerah di Indonesia, yang sudah di ringkas dari doelgercenter.com.

1. Tradisi Carok – Madura

Kata Carok mempunyai arti pembunuhan sebagai upaya balas dendam terhadap seseorang atau sekelompok. Namun, Carok memiliki makna yang berbeda di mata masyarakat Madura karena hal ini merupakan pemulihan harga diri. Tradisi Carok sendiri merupakan tradisi Indonesia yang mana seseorang akan bertarung dengan menggunakan senjata celurit untuk menyelesaikan masalah tertentu.

Biasanya, permasalahan yang sering di pertarungkan berkaitan dengan harta, tahta, hingga soal perempuan. Bagi sebagian masyarakat Madura, hal ini di anggap wajar walaupun harus membahayakan keselamatan mereka.

2. Tradisi Ngayau – Suku Dayak, Kalimantan

Suku Dayak memang di kenal dengan kemampuannya yang magis. Tak heran, jika suku yang berada di pulau Kalimantan ini mempunyai tradisi daerah yang ekstrem, yaitu Ngayau. Ngayau merupakan tradisi berburu kepala musuh yang di lakukan oleh Suku Dayak. Perlu di ingat, tradisi ini di lakukan hanya oleh anggota suku yang merasa dirinya sangat terancam.

Tradisi Indonesia ini sempat menghebohkan pada tahun 2001 yang mana para anggota Suku Dayak memburu para pendatang baru dari Madura karena mereka di anggap merampas sumber daya ekonomi di sana. Tragedi menyedihkan ini menghabiskan ratusan nyawa.

3. Tradisi Ma’ Nene – Sulawesi Selatan

Tradisi Ma’ Nene merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal 100-an tahun sebelumnya.

Meskipun sudah jarang masyarakat yang melakukan tradisi daerah ini, beberapa desa seperti Desa Pangala dan Desa Baruppu masih melaksanakan tradisi ini secara rutin.  Live22 SLOT

Tradisi Indonesia ini di mulai dengan anggota keluarga yang datang ke Patane atau kuburan keluarga yang bentuknya seperti rumah dengan tujuan mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Setelah itu, setelah jasad tersebut di keluarkan dari kuburan, jasad itu akan di bersihkan dan di kenakan pakaian yang baru.

4. Tradisi Suku Naulu – Maluku

Suku Naulu merupakan suku yang tinggal di Pulau Seram. Masyarakat yang pulau ini memiliki tradisi daerah yang mengerikan karena mereka berburu kepala manusia untuk persembahan kepada nenek moyang.

Suku ini percaya bahwa tradisi daerah ini wajib untuk di lakukan supaya dapat terhindar dari malapetaka di samping sebagai suatu kebanggaan dan simbol kekuasaan. Biasanya, kepala manusia ini di jadikan mas kawin ketika salah satu anggota mereka menikah.

5. Tradisi Nasu Palek – Papua

Apakah kamu pernah membayangkan jika daun telingamu di potong? Di Papua, terdapat sebuah tradisi daerah yang mana beberapa anggota suku Dani memotong daun telinga mereka sebagai ungkapan belasungkawa. Perlu ingat, tidak semua anggota suku Dani melakukan tradisi ini.

Obat-obat tradisional di berikan untuk menyembuhkan luka akibat tradisi ini. Tradisi ini masih dapat di temukan hingga saat ini walaupun tidak sebanyak zaman dahulu

6. Tradisi Debus – Banten

Selanjutnya ada tradisi debus yang kerap di jumpai di daerah Banten. Tradisi Indonesia ini tergolong ekstrem karena menggunakan benda tajam seperti golok atau pisau. Golok atau pisau tersebut di gesekan atau di tusukan ke tubuh manusia, namun tanpa terluka.

Kesenian ini sudah ada sejak tahun 1532 atau tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin dari Banten. Kesenian ini tetap terjaga, hingga pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692) debus di gunakan sebagai alat pemompa semangat masyarakat Banten melawan penjajah.

Kini, debus masih di lestarikan sebagai seni bela diri yang di pertontokan pada acara tertentu, seperti acara seni atau upacara adat.

About the Author

You may also like these